Celana Dalam Budhe Murni-Bag 1
Saat liburan sekolah tahun lalu, Seno
teman karibku di SMP 1XX di kota Surabaya mengajak aku ikut berlibur di
rumah Pakde dan Budenya di kota Malang. Dia bilang tempat Pakde dan
Budenya ada kebon apel yang luas dengan sungai kecil yang mengalir di
tengahnya. Seno akan mengajakku mancing seharian di sana, dan kalau
lapar boleh memetik apel sesukanya. Yaahh.., aku bayangkan betapa
senangnya. Mancing seharian dan makan apel sesukanya.
Kami sepakat akan tinggal 3 hari di rumah Pakde dan Budenya itu. Ayah
dan ibuku tidak keberatan untuk memenuhi keinginanku. Beliau sudah
sangat mengenal Seno. Bahkan orang tua Seno dan bapak ibuku sering
saling kunjung mengunjungi apabila yang satu ada keperluan atau punya
sesuatu hajat.
Begitulah pada hari yang ditetapkan kami berangkat pagi dari Surabaya
dan sekitar jam 3 sore kami sudah sampai di rumah Pakde dan Bude Seno di
kota Malang yang sejuk itu. Pakde Darmo dan Bude Murni adalah nama
Pakde dan Budenya Seno. Ternyata mereka berdua itu masih muda. Jauh
lebih muda dari bapak ibunya Seno. Pakde Darmo adalah saudara sepupu
ibunya Seno. Usianya sekitar 35 tahunan. Sekitar 5 tahun lebih muda dari
ibunya Seno.
Dan tentu saja Bude Murni lebih muda lagi. Mungkin sekitar 28 tahunan.
Sudah lebih dari 5 tahun Pakde dan Bude Seno itu berumah tangga, tetapi
hingga kini belum punya anak. Oleh karenanya mereka nampak gembira saat
kami datang.
Bude Murni orangnya cantik. Aku senang melihat wanita cantik seperti
Budenya Seno ini. Walaupun masih dibilang ABG, aku sudah punya kesukaan
melihat yang cantik-cantik. Bahkan kalau aku ingat-ingat sejak Taman
Kanak-kanak aku sudah tahu anak-anak mana yang cantik. Atau dari ibu-ibu
yang mengantarkan anaknya ibu mana yang paling cantik. Pada waktu
itupun aku sudah bisa berfantasi. Aku suka membayangkan untuk mencium
teteknya, atau pipinya atau bibirnya yang cantik-cantik itu.
Tapi Bude Murni yang Budenya Seno ini benar-benar cantik. Kalau aku
bandingkan, kecantikan Bude Murni tidak kalah dengan kecantikannya para
bintang iklan atau sinetron. Tulang pipinya, merah bibirnya, anak
rambutnya yang lembut pada belakang lehernya yang jenjang, duuhh..
Semuanya itu benar-benar menampilkan daya sensual dan kecantikan yang
sempurna. Rasanya mirip dengan Shirley Margaretha atau yang biasa
dipanggil Shirley itu. Tentu Bude Murni sedikit lebih tuaan. Kalau lagi
bicara aku suka sekali memperhatikan gerak bibirnya yang tipis itu.
Aku lantas membayangkan seandainya Bude Murni meludahi aku, ahh..
biarlah. Akan kujilati ludahnya dan kutelan. Bahkan aku bayangkan
seandainya Bude Murni meludahnya langsung ke mulutku. Uuhh.. dengan
segala kesukaanku, aku akan mengucapkan beribu-ribu terima kasih
padanya. Penis kecilku ini jadi langsung ngaceng.
Sesudah kami diterima dengan ramah oleh Pakde dan Budenya Seno, kemudian
sedikit ngobrol sana-sini. Tentang sekolah, tentang cita-cita mau jadi
apa kalau sudah gede nanti dan sebagainya, kami disuruh istirahat dulu
atau kalau mau mandi, boleh. Silahkan. Aku pikir ngapain istirahat.
Mendingan mandi saja, nanti ngobrol lagi dan melihati lagi cantiknya
Bude Murni. Rasanya enak kalau penisku ngaceng terus saat
mengkhayalkannya.
Akhirnya Seno sepakat kalau aku mandi dulu. Sementara dia akan menunggu
sambil sekedar tidur-tiduran. Kamar mandi Bude Murni tidak begitu luas.
Di sana-sini nampak bergantungan baju atau celana kotor. Aku jadi
sedikit kesulitan untuk menggantung handuk dan bajuku. Terpaksa aku
geser-geser untuk mendaptkan gantungan.
Pada saat itulah aku melihat ada celana dalam wanita. Tak salah lagi,
pasti ini adalah celana dalam Bude Murni. Siapa lagi?! Perempuan di
rumah ini kan hanya Bude Murni. Darahku tiba-tiba berdesir. Meyakini
bahwa itu adalah celana dalam Bude Murni membuat nafsu birahiku bangkit.
Kenapa celana dalam kumal ini jadi begitu nampak indah di mataku.
Kudekatkan wajahku ke arahnya. Lihatlah, bukankah warna celana ini
putih. Celana yang terbuat dari bahan yang lembut ini tadi siang atau
mungkin tadi pagi atau kemarin sore telah dipakai oleh Bude Murni. Dan
sekarang tidak begitu putih lagi.
Pinggirannya nampak ke-kuning-kuningan, mungkin disebabkan keringat di
selangkangan Bude. Kemudian kulihat bagian bawah yang bertepatan dengan
vaginanya, warnanya semakin kuning yang pekat. Mungkin itu adalah
sisa-sisa air kencing campur keringat Bude yang tertinggal.
Ah.. Darah birahiku kembali berdesir. Penis kecilku mulai tegang.
Hidungku kepingin tahu bagaimana bau celana dalam orang secantik Bude
Ambar yang mirip bintang sinetron Shirley ini. Dengan agak gemetar
tanganku mendekatinya. Pelan dan hati-hati aku pungut celana dalam itu.
Aku merasakan seakan ada stroomnya saat ujung jariku menyentuhnya.
Darahku naik ke kepala membuat wajahku terasa sembab dan ubun-ubunku
memanas. Dengan mempertemukan ibu jari dan jari telunjuk aku mengambil
tepian celana dalam dengan cara menjepitnya. Rasanya aku tak ingin
celana dalam Bude Murni ini ter-kontaminasi oleh tangan-tanganku.
Kembali darahku berdesir. Mataku menatap tajam. Kusaksikan lebih dekat
kain lembut yang beberapa waktu sebelumnya telah menutupi bagian milik
Bude Murni yang paling rahasia. Tanpa ragu dengan jantungku yang
berdegup-degup sambil setengah menutup mata kudekatkan celana Bude Murni
itu ke hidungku. Aku segera menangkap baunya.
Oohh.. Sepertinya aku dibawa melayang. Bau pesing kencing dan asem
keringat selangkangan Bude Murni membuat aku serasa terbang. Aku terayun
dan terlempar dalam awang nikmat surgawi. Bau pesing dan asem itu
seketika menjadi wewangian memabukkan. Tak pernah kutemui wewangian
senikmat ini. Ahh.. Kini aku merasakan betapa hasrat birahiku meledak
dan terbakar menyala. Nafsu syahwatku menggelegak. Aku nanar dan menjadi
liar.
Khayalanku tak mampu kukendalikan. Dia terbang menuntunku menciumi
selangkangan Bude Murni. Bibir dan lidahku melata di seluruh
pori-porinya. Kurasakan seakan Bude Murni telah menantikan jilatan dan
kecupan bibirku pada vagina dan selangkangannya. Dia mengangkangkan
lebih lebar kedua pahanya yang putih bersih itu agar bibir dan lidahku
lebih leluasa menjelajahinya. Jari tanganku dengan terburu-buru melepasi
anak kancing celanaku. Kukeluarkan penis kecilku. Kini aku mulai
mengelus-elus dan memijatinya. Kemudian mengocok-ocoknya. Dengan segenap
jari-jari tanganku akhirnya celana dalam Bude Murni kugenggam erat.
Kemudian dengan tanpa ragu serta penuh nafsu syahwat birahi kubekapkan
celana dalam itu ke mukaku.
Bagian bawahnya yang paling kuning pekat kumasukkan ke mulut. Aku
melumat-lumatnya. Aku ingin kencing atau keringatnya yang kuning pekat
itu larut dalam ludahku. Aku ingin mengecap-ecap dan mengisep-isepnya.
Aku ingin merasai kencing dan keringat Bude Murni. Aku ingin menelannya.
Kocokkan tangan pada penisku semakin kupercepat. Aku merasakan
kenikmatan syahwat yang tak terhingga. Bayangan Bude Murni yang
menggeliat-geliat sambil mendesah-desah karena kegatalan menerima
kecupan dan jilatanku melipatkan hasrat birahiku. Bahkan dia merenggut
kepalaku. Dia tarik wajahku dan ditenggelamkannya lebih dalam ke
selangkangannya. Genggaman kocokkanku semakin kuperketat. Aku tahu air
maniku terus mendesak ingin muncrat.
Kurasakan asin pada lumatan di mulutku. Kencing dan keringat
selangkangan Bude Murni telah larut dalam ludahku. Sepertinya tangan
Bude Murni meremas-remas rambutku. Tubuhnya bergoyang. Pantatnya maju
mundur menahan nikmat syahwatnya. Kudengar dia mendesah, merintih atau
meracau,
"Terus Wan. Enak Wan. Jilati terus vagina Bude Wan. Ayyoo.."
Aaacchh.. Tanganku merasakan urat penis kecilku berkedut dan
mengangguk-angguk. Air maniku muncrat menembaki dinding kamar mandi Bude
Murni. Aku merapat ke pintu. Kenikmatan sperma yang merambati
saraf-saraf di seputar penisku begitu terasa nikmatnya. Celana dalam
Bude Ambar masih nyumpal di mulutku. Bagian yang di arah vaginanya telah
kuyup oleh ludahku. Aku balik dari awang-awang setelah menjilat dan
melumati selangkangan dan vaginanya Bude Murni.
Kini khayalanku memerosotkan tubuhku. Aku jongkok sambil bersandar ke
kloset. Dengan hati-hati celana dalam Bude Ambar kukembalikan ke
gantungannya. Kutaruh kembali dan kutata-tata sesuai semula agar tidak
menimbulkan kecurigaan Bude Murni. Sehabis mandi Seno mengajak aku
keliling kebon apel yang berada di belakang rumahnya. Aku melihat sungai
yang mengalir di dalamnya. Airnya sangat jernih. Nampak ikan-ikan kecil
pada berseliweran. Tetapi saat aku mendekat dan mengamatinya yang
nampak hanyalah celana dalam Bude Murni yang wangi air kencing dan
keringatnya itu. Aku sama sekali kehilangan dorongan untuk makan apel
atau mancing. Aku masih berada dalam jerat birahiku. Aku masih terseret
dalam obsesi syahwatku pada celana dalam Bude Murni.
Pagi harinya kami bangun kesiangan. Bude Murni sibuk meladeni suaminya
yang hendak berangkat kerja. Dia juga telah membuatkan minuman dan
sarapan untuk kami.
"Mandinya entar, ya nak. Sekarang cuci muka saja dulu terus sarapan.
Bude sudah kegerahan nih. Habis Pakde berangkat, biar Bude yang mandi
dulu, ya",
"Ya, Bude", sahut Seno. Kebeneran..!! Memang itu mauku, begitu sorak kata hatiku.
Aku sendiri diam saja. Aku bergaya acuh. Hanya mataku yang mencuri
pandang bagaimana bibir Bude membuka dan mengatup dengan indahnya saat
bicara. Aku juga terpesona pada penampilan Bude yang belum mandi ini.
Dari lehernya yang jenjang turun ke bahunya yang hhuhh.. Aku tak bisa
mengucapkannya. Sangat aduhai. Dia hanya memakai blus lembut dan tipis
tanpa lengan. Lubang lengan blusnya itu sangat pas hingga nge-jepit
ketiaknya. Nampak sepintas olehku lipatan ketiaknya. Di tempat yang sama
kusaksikan tepian blusnya basah oleh keringatnya. Aku langsung
melayang. Benar kata orang, perempuan yang cantik akan tampak sangat
cantik sebelum mandi. Rasanya hasrat birahiku menyergapku di pagi ini.
Dan penis kecilku kembali ngaceng.
"Ayo, Wan. Jangan ngelamun. Makanlah. Ambil itu telor mata sapinya. Pakai sambal? Suka pedes?", aku agak kaget.
Bude Murni begitu perhatian dan menyayangi kami berdua. Kemudian
kuperhatikan pula apa yang dipakai di bagian bawahnya. Dia tidak memakai
rok. Rupanya pagi tadi bersama suaminya Bude Ambar melakukan jogging.
Dia hanya memakai 'short pant' yang ketat dengan tubuhnya. Aku seakan
ingin pingsan karena tak tahan melihat betapa seksinya tubuh Budenya
Seno ini. Aku nggak mampu menyaksikan paha dan betisnya. Aku sampai
heran pada diriku sendiri, kenapa paha dan betis Bude Murni itu begitu
merangsang nafsuku.
Khayalku terus membawa aku terbang melayang-layang. Aku ingin dia lekas
pergi mandi. Aku ingin apa yang kini dipakainya, yang kini membungkus
tubuhnya itu dia tinggalkan di gantungan kamar mandi. Aku ingin hidungku
menghirupi apapun yang dia pakai ini. Aku ingin hidungku lebih banyak
menyedoti bau tubuhnya Bude Murni.
Aku menjadi sangat bergairah. Aku berusaha Seno tidak mendahuluiku. Aku
ingin merasakan bau ketiak yang masih segar dari blus Bude Murni itu.
Wwoowww.. Mudah-mudahan dia meninggalkan seluruh pembungkus tubuhnya
yang membuat aku puyeng itu di gantungan kamar mandinya.
Dengan berusaha keras untuk tenang, begitu selesai sarapan aku mengambil
handuk dan siap untuk mandi. Sambil bergaya membaca majalah yang
tercecer di meja, mataku tak lekang mengawasi pintu kamar mandi,
menunggu Bude Murni selesai mandi. Kudengar suara air dari gayungnya.
Kubayangkan betapa bahagianya air itu. Bisa menjelajahi lekuku lekuknya
tubuh Bude Murni.
Sesaat dia keluar dari kamar mandi aku segera meletakkan bacaanku,
berdiri, menggeliat kecil sambil menguap dan bergegas untuk mandi.
Segala hal tadi kulakukan untuk menghindarkan segala bentuk kecurigaan
Seno atau Bude Murni pada tingkah polahku. Kamar mandi terasa hangat dan
wangi bau sabun sesaat seseorang selesai mandi. Mataku jelalatan ke
arah gantungan baju. Dan kudapatkan apa yang kuimpikan..
Pertama kusaksikan 'short pants'-nya ngegantung menindih blusnya.
Kemudian disampingnya kutang lusuh bekas pakai. Nampak talinya menjuntai
ke bawah. Dan di belakang kutangnya itu ada terlihat celana dalam Bude
Murni. Wwoow.. Aku pesta, nih.
Sepertinya aku sedang menyaksikan sebuah karya pop art-nya seniman Andy
Wharol yang menggantungkan celana dan BH seronok dalam ruang pamer di
New York Modern Art Museum. Hasrat seksualku demikian terpukau
menyaksikan apa yang kuimpikan itu.
Tapi kini aku berusaha lebih tenang. Kubuka dulu bajuku, celana pendekku
dan celana dalamku. Aku telanjang. Aku tidak langsung meraih
benda-benda perangsang nikmat syahwat milik Bude Murni itu. Aku akan
memanjakan mataku untuk menikmatinya lebih dulu. Sambil pelan-pelan aku
mengelusi penisku yang semakin tegang dan keras aku mengamati short
pants itu. Beberapa menit yang lalu short pants ini berada di
selangkangan dan pinggul Bude Murni dan membungkus milik Bude Murni yang
paling indah.
Nampak lipatan kain yang timbul karena tertekan pantatnya saat duduk.
Ah, seakan aku sedang mengamati pantatnya dari jarak yang sangat dekat.
Aku perhatikan tepian celananya. Pasti pahanya terus bergesekkan dengan
tepian itu dan meninggalkan keringat di sana. Rasanya aku tidak ingin
mengedipkan mataku. Dan ketika aku mengusapkan short pants pada arah
pantatnya ke hidungku, aku serasa sedang mencium bokong Bude Murni. Duh,
nikmatnyaa..
Pasti lebih nikmat dari sekedar mancing dan makan apel.
Bersambung...