Seharusnya aku bisa maklum karena ini adalah pengalaman pertama bagi
suamiku yang baru melangsungkan pernikahan denganku. Sedangkan aku
sudah lebih dari empat tahun mengenal seks dan secara rutin berhubungan
badan. Sehingga dengan tanpa sadar tadi pun aku membantu suamiku
memasukkan penisnya ke dalam liang vaginaku.
Tentu saja suamiku bahkan keluargaku sendiri tidak pernah tahu mengenai
pengalaman seksku selama ini karena dari penampilan dan aktivitasku
sehari-hari terlihat biasa-biasa saja. Hal itu dimungkinkan karena aku
hanya berhubungan badan dengan orang yang sama terus. Walaupun demikian
aku sudah siapkan alasan kalau suamiku nanti mempermasalahkan tidak
adanya pendarahan saat malam pertama.
Namaku Tini, aku bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan
pelayaran kapal barang. Umurku waktu menikah adalah 28 tahun, tapi aku
kehilangan keperawananku pada umur 23 tahun saat aku berkerja sebagai
sekretaris di sebuah perusahaan telekomunikasi. Di bawah ini adalah
ceritaku mengenai pengalaman seksku yang pertama.
-------- oo0oo ---------
Hari ini adalah hari terakhir bossku ada di kantor cabang Bandung ini,
karena mulai besok beliau akan digantikan oleh orang baru yang dipilih
oleh kantor pusat. Bossku memang mendapat promosi dari kepala cabang di
Bandung menjadi direktur di Jakarta. Padahal aku belum sampai dua
bulan bekerja sebagai sekretaris di sini, sehingga selain harus
beradaptasi dengan tempat kerja yang baru aku juga harus beradaptasi
dengan boss baru. Di tempat kerjaku ini, aku adalah karyawan yang
paling muda karena karyawan lainnya rata-rata 10 tahun lebih tua.
Calon boss yang baru juga sudah datang karena hari ini akan menjadi hari
serah terima de facto kantor cabang Bandung dari boss lama ke boss yang
baru. Ternyata boss baru ini masih muda, umurnya masih sekitar 26-27
tahun dengan badan yang tinggi besar dan cukup tampan dengan kumisnya
yang tebal. Pak Yanto adalah nama boss baruku itu, beliau sudah
berkeluarga dengan dua anak ; seorang putri dan seorang putra.
Pak Yanto ternyata membawa gaya kepemimpinan yang sama sekali berbeda
dan membawa moderenisasi dalam bekerja. Karyawan-karyawan yang asalnya
terbiasa dengan kerja individual sekarang dipaksa kerja secara kolektif
dalam suatu team work. Semua karyawan tanpa kecuali harus melek
teknologi dan untuk itu boss baru tidak segan-segan turun sendiri
mengajari. Sebagai sekretaris akupun banyak belajar dari beliau tetang
berbagai hal dan karena aku adalah karyawan yang paling sering
berinteraksi dengan beliau tentunya aku punya paling banyak kesempatan
untuk belajar .
Pelahan-lahan mulai muncul rasa kagumku pada pak Yanto dan mulai
mengidamkan mendapatkan jodoh seperti beliau atau mendekati kemampuan
beliau. Berbeda dengan karyawan pria lain yang suka memandang rendah
bahkan melecehkan sesama karyawan wanita, pak Yanto sangat santun kepada
wanita baik itu karyawannya maupun bukan. Hal ini membuat muncul rasa
sayangku pada pak Yanto karena aku merasa bisa berlindung kepada beliau.
Kombinasi rasa hormat, kagum dan sayang membuat aku merasa selalu ingin
dekat dengan beliau, sehingga saat kami sedang berdua aku kadang-kadang
bersikap agak manja dan kelihatannya beliau tidak keberatan. Lambat
laun aku mulai melihat bahwa pak Yanto pun mulai merasa nyaman kalau
dekat dengan aku. Walaupun demikian kesempatan kami bisa berdua hanya
saat berada di kantor saja sehingga semua urusan adalah berkaitan dengan
pekerjaan dan pak Yanto tidak pernah mencoba mengajakku keluar berdua
selain karena urusan kantor.
Hingga pada suatu waktu kantor Bandung harus bertindak sebagai tuan
rumah pelatihan produk baru dari perusahaan dan pada akhir acara semua
peserta ingin berwisata ke Ciater Subang. Walaupun aku bukan peserta
training, tapi sebagai wakil panitia aku harus menemani mereka berwisata
ke sana. Seperti yang aku khawatirkan sebelumnya, sebagai wanita
satu-satunya dimana peserta lainnya adalah pria, aku menjadi
bulan-bulanan yang cenderung melecehkan.
Untung saja pak Yanto segera melihatnya sehingga bisa menarikku dan
mengajakku pulang lebih awal karena teman-teman kantor Bandung yang lain
pun tidak bisa diandalkan untuk melindungi aku. Akhirnya aku pulang
berduaan saja dengan pak Yanto dan pada kesempatan sepanjang perjalanan
kembali ke Bandung kami manfaatkan untuk mengobrolkan hal-hal diluar
perkerjaan bahkan ke hal-hal yang agak pribadi.
“Udah hampir sampai Bandung nih …” kata pak Yanto “Enaknya ke mana dulu ya ?”
“Lho … kenapa ga langsung pulang ? ” Kataku keheranan “Bukankah bapak
biasa ada acara bersama keluarga kalau malam minggu seperti sekarang ?”
“Saya sudah tanggung nih ijin pulang malam ke istriku untuk nemenin orang-orang tadi” jelas pak Yanto
“Kalau begitu terserah bapa saja deh …” kataku dengan perasaan campur
aduk antara senang bisa bersama beliau di malam minggu dengan rasa takut
bepergian dengan suami orang.
“Okay … Jadi malam ini kita akan malam mingguan berdua ya ” Sahut beliau sambil tersenyum.
Malam itu kami seperti orang yang baru jadian pacaran, walaupun masih
serba canggung tapi penuh dengan gairah yang menggebu. Apalagi beliau
juga langsung bergerak cepat dengan tidak ragu-ragu lagi untuk memeluk
dan menciumi pipiku setiap ada kesempatan.
Menjelang tengah malam pak Yanto mengantarkanku pulang dan untuk pertama
kalinya aku merasakan ciuman bibir dari laki-laki di dalam mobil sesaat
sebelum masuk ke rumah.
Semalaman aku hampir tidak bisa tidur karena semua kejadian beberapa
jam bersama bossku itu seperti diputar berulang-ulang dikepalaku.
Perasaanku sangat bahagia karena langsung dimabuk cinta walaupun itu
cinta terlarang. Selama ini aku tidak pernah benar-benar pacaran dengan
beberapa pria yang bergantian mencoba mendekatiku, mereka hanya aku
jadikan teman dekat sampai mereka menjauh sendiri.
Sejak hari itu pak Yanto selalu mengajakku keluar setiap hari Sabtu,
kebanyakan hanya dari pagi sampai sore, jarang sekali bermalam mingguan
lagi. Kadang-kadang kami juga keluar malam sepulangnya dari kantor
untuk nonton filem di bioskop atau makan malam bareng. Walaupun
demikian aku menganggap kami sudah “jadian”, apalagi pak Yanto sudah
mengajari aku berciuman bibir dengan permainan lidahnya.
Tidak sampai sebulan payudaraku sudah mulai di remas-remasnya ketika
kami berciuman. Waktu pertama kali dilakukan hanya dari luar baju tapi
untuk yang selanjutnya sudah merogoh langsung ke balik BHku setelah
melepas kancing baju dan mengangkat cup BHku. Terus terang aku sama
sekali tidak memberikan penolakan atas aksi bossku yang ini karena aku
sendiri sangat menikmatinya, apalagi kalau remasannya diselingi
permainan jari-jarinya pada putingku.
Tidak puas dengan meremas payudaraku, beliau juga mulai mengusap-usap
vaginaku kalau aku kebetulan sedang memakai rok. Untuk aksi beliau ini
aku sempat menolak karena aku masih perawan dan itu yang kusampaikan
kepadanya, tapi bossku bilang bahwa dia hanya akan mengusapnya dari luar
celana dalam saja tidak sampai menyentuh langsung vaginaku. Walaupun
awalnya ragu-ragu tapi akhirnya aku “mengijinkannya” apalagi ternyata
sentuhan beliau pada vagina membuat aku mulai mengenal apa yang namanya
orgasme.
“Bapaaaa… Tini sudah ga tahaaannnn” itulah teriakan khasku pada saat
mencapai orgasme yang terasa seperti sangat ingin pipis tetapi penuh
kenikmatan. Kata bossku aku mempunyai libido yang tinggi karena cukup
dengan ciuman panjang dengan remasan di payudara dan permainan jari
diluar vagina, aku bisa mencapai orgasme berkali-kali sampai celana
dalamku basah kuyup seperti ngompol tapi cairannya lebih kental dan
sangat lengket.
Sebenarnya aku sangat risi karena kami selalu melakukannya di dalam
mobil yang diparkir di tempat umum atau di ruangan beliau di kantor.
Apalagi biasanya dalam sekejap pak Yanto bisa membuat bajuku berantakan.
Tapi dengan hubungan cinta terlarang seperti kami hampir tidak mungkin
melakukannya di rumah sampai akhirnya tiba hari itu …
Pada suatu hari aku beri tahu pak Yanto bahwa pada minggu ini aku hanya
hanya sendirian di rumah sampai hari Minggu karena orang-orang rumah
sedang mudik ke Bumi Ayu (Jawa Tengah) kampung halamanku. Jadi aku
menawarkan ke beliau untuk kencan di rumahku saja sekalian menemani aku
menjaga rumah. Saat itu hubungan kami sudah berjalan hampir tiga bulan
dan aku sama sekali tidak memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi
kalau hanya berduaan dengan bossku di rumah yang kosong.
Hari Sabtu pagi aku sudah tak sabar menunggu pak Yanto di rumahku, ada
perasaan senang di hatiku karena akan bisa berkencan dengan beliau tanpa
ada rasa khawatir seperti yang biasa kami lakukan. Rasa senang ini
menimbulkan rasa kangen yang amat sangat kepada pak Yanto, padahal baru
kemarin kami bercumbu di mobil saat diantarnya pulang. Akhirnya
beliau datang juga dengan menenteng satu kantung kecil warna gelap (yang
belakangan kuketahui berisi kondom dan pelumas). Sesuai permintaanku
sebelumnya beliau memarkir mobilnya agak jauh dari rumahku supaya tetap
memberi kesan rumahku kosong sehingga kencan kami tidak terganggu oleh
saudara atau teman yang tiba-tiba datang berkunjung.
Setelah mengunci pagar dari arah luar dan mengunci pintu masuk, aku
langsung menubruk dan memeluk pak Yanto yang saat itu sedang meletakkan
kunci mobil dan tas kecilnya di atas meja makan. Beliau langsung
membalasnya dengan menciumku penuh kehangatan seolah-olah juga baru
bertemu kembali denganku. Dengan tanpa melepaskan pangutan dibibir,
kami kemudian bergerak untuk duduk di karpet depan pesawat TV. Pak Yanto
sengaja mendudukkan aku di atas bantal-bantal yang ada supaya tinggi
kami menjadi seimbang.
Setelah puas melepas kangen dengan berciuman, pak Yanto kemudian melepas
bajuku kemudian BHku pun dilepasnya sehingga bagian atas tubuhku kini
telanjang. Aku hanya bisa tertunduk malu karena selama ini belum pernah
bercumbu sampai benar-benar melepaskan baju. Setelah aku tunggu
beberapa saat aku mulai merasa heran karena pak Yanto tidak juga segera
beraksi setelah menelanjangi bagian atas tubuhku. Aku coba memberanikan
diri mengangkat mukaku untuk melihat ke arah beliau, ternyata pak Yanto
sedang mengamati dengan seksama payudaraku dengan ekspresi kagum.
Bossku ini rupanya juga sudah melepas baju atasnya sehingga kami
sama-sama bertelanjang dada sekarang.
“Tini, aku baru sadar ternyata besar sekali payudara kamu !” akhirnya
beliau berkomentar “Bukan sekedar besar tetapi benar-benar hampir bulat
sempurna dengan letak putting di tengah-tengah”
“Ba .. bapa gak suka ?” kataku agak khawatir karena aku tahu ukuran
payudara istrinya tergolong normal sedangkan semua perempuan di
keluargaku payudaranya memang besar-besar, bahkan ukuran payudaraku
masih tergolong kecil kalau dibandingkan mereka.
“Saya suka sekali, terutama karena bentuknya yang benar-benar membulat”
Jawabnya “Hanya saja saya kaget karena tidak menyangka sebesar ini
terutama kalau dilihat dari ukuran tubuh kamu yang kecil”
“Tapi yang jelas payudara kamu sangat kenyal” lanjutnya sambil tersenyum
nakal “Sehingga terlihat selalu membusung walaupun sudah tidak
menggunakan BH lagi”
Sambil bicara pak Yanto mulai memegang-megang kedua payudaraku dengan
kedua tangannya kemudian langsung memangut bibirku. Ciuman beliau kali
ini tidak hanya ke bibir saja, tapi juga pada kupingku leherku, dadaku
dan juga putting payudaraku yang berwarna coklat kehitaman. Remasan
pada satu payudara bersamaan dengan isapan-isapan yang disertai gigitan
kecil pada putting payudara yang lainnya membuat aku dengan cepat merasa
melayang.
“Ahhhh… ahhhh…bapaaaa…aaahhh” Celotehku dengan mulut yang menganga dan
mata yang susah fokus karena mendapat kenikmatan yang datang tiba-tiba.
Posisi tubuhku kemudian dirubah menjadi setengah berbaring sehingga
bossku bisa lebih leluasa mencumbuku. Nafsu berahiku meningkat dengan
cepat, aku mulai merasakan celana dalamku menjadi lebih lembab oleh
cairan yang keluar di sana.
“Bapaaaaa …. TIni sudah ga tahaaaan ….” Teriakku seperti biasa kalau
sudah mencapai orgasmeku. Saat itu aku ingin pak Yanto mengelus-elus
vaginaku yang basah dari luar celana dalamku, tapi sekarang beliau tidak
melakukannya mungkin kah karena aku masih pakai celana jeans ?
Tapi karena berahiku sudah sampai ke ubun-ubun maka aku tarik tangan
kanan pak Yanto ke arah selangkanganku sebagai isyarat keinginanku.
Beliau rupanya bisa menangkap maksudku, tapi karena terhalang oleh
celana jeans maka beliau berinisiatif membuka kancing celanaku dan
resletingnya dengan satu tangannya supaya bisa menjangkau celana
dalamku.
Pinggang celana jeansku yang tinggi (sampai pusar) rupanya masih
menyulitkan beliau sehingga membuatnya jadi tidak sabar. Beliau lalu
berhenti mencumbuku dan dengan gerakan cepat beliau menarik celana jeans
dan celana dalamku sekaligus sampai terlepas. Tidak berhenti di sana,
pak Yanto pun kemudian melepaskan celana dan celana dalamnya sendiri
dengan masih dalam posisi duduk di karpet sehingga kami berdua sekarang
dalam kondisi telanjang bulat.
Tubuhku yang telanjang berada dalam posisi badan setengah terbaring di
karpet bersandar pada bantal dengan kedua kaki yang mengangkang. Saat
itu aku sudah tidak begitu peduli dengan keadaanku karena yang aku
inginkan adalah pak Yanto segera mengelus-elus vaginaku seperti
biasanya.
Tanpa menunggu lama-lama pak Yanto langsung menindih kemudian menciumi
bibirku sedangkan tangan kanannya mengelus-elus vaginaku tanpa terhalang
celana dalam lagi. Sentuhan langsung tangan bossku pada vagina
ternyata terasa jauh lebih nikmat dari biasanya sehingga tensi berahiku
mulai meninggi lagi setelah orgasme pertama tadi. Apalagi saat pak
Yanto menggunakan jari-jarinya mempermainkan kelentitku sambil
menggesek-gesek liang vaginaku yang sudah semakin basah.
“Hhhhmmmmpphhh …. Hmmmmmppphhhh…..” jeritanku masih tertahan oleh ciuman pak Yanto.
Beliau kemudian beralih menciumi dan menjilati kedua putting payudaraku
secara bergantian membuat tubuhku bergelinjang dengan hebat karena
diserang rasa geli yang menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.
Jari-jarinya yang ada di vagina juga terus beraksi dengar berputar-putar
di sekitar liangnya sehingga vaginaku terasa mulai merekah dan semakin
basah.
“Ahhhh….bapa …ahhhh …. Ahhhhh … enaakkk … ahhh “ Aku hanya bisa menjerit-jerit sebagai ekspresi kenikmatan.
Pak Yanto adalah laki-laki pertama yang aku anggap sebagai pacar dan
juga yang pertama menyentuh tubuhku. Cara beliau memperlakukanku
membuat aku tidak bisa menolak permintaannya, bahkan membuatku selalu
ketagihan dan merindukan beliau melakukannya lagi, lagi dan lagi.
Walaupun selama tiga bulan perpacaran keperawananku masih belum terusik,
tapi kali ini jadi lain ceritanya …
“Ga tahan pa … Tini sudah ga tahan Bapa …. ooohhhhh” Teriakku saat merasakan orgasme lagi.
Setelah mengejang beberapa kali karena kenikmatan luar biasa yang
kurasakan, tubuhku menjadi lemah lunglai. Aku mengangkat kedua tanganku
ke arah beliau sebagai tanda ingin dipeluk, tapi pak Yanto malah
bangun dan berlutut diantara kedua kakiku sambil menarik kakiku sedikit
untuk membuat posisiku badanku berbaring secara sempurna. Kedua kakiku
dipentangkannya lebar-lebar dan tanpa ragu-ragu beliau langsung memangut
vaginaku dengan bibir dan lidahnya sehingga sekarang kepala bossku itu
ada diselangkanganku.
“Bapa apa yang ….Uuuuhhhhhh …..akkkkhhhhhhhh…..shhhhhhhh” aku sempat
kaget dan ingin bertanya apa yang dilakukannya itu tapi sebelum
kalimatku lengkap aku sudah disergap lagi rasa nikmat dari permainan
lidah dan bibir beliau di vaginaku.
Bibirnya mulai menciumi kelentitku sedangkan lidahnya menari-nari
menjelajahi sisi dalam vaginaku yang sudah mulai merekah. Kadang-kadang
ujung lidahnya terasa bergerak keluar masuk kedalam liang vaginaku yang
walaupun tidak masuk terlalu dalam tapi mendatangkan sensasi yang luar
biasa. Aku mulai menggerak-gerakkan pinggul dan pantatku mengikuti
tarian lidahnya sedangkan kedua tanganku meremas-remas rambut bossku
dengan gemas.
Pak Yanto seperti tidak memperdulikan cairan vaginaku yang semakin
membanjir dan bibir vaginaku semakin membengkak . Beliau bahkan mulai
menggigiti kelentitku dan diselingi sapuan lidahnya yang kasar
mengelilingi kulit kelentik yang sensitif membuat tubuhku mulai
bergetar dengan hebat menahan rasa nikmat yang dahsyat.
“Akkkkkhhhhhhhhhhh……ga tahan… bapa …Tini ga tahan lagi …….akkkkkkhhhhh”
Aku mengerang dengan badan hampir melenting karena nikmatnya.
Pada saat nafasku masih memburu dan tersengal-sengal karena dihantam
kenikmatan, aku lihat pak Yanto kembali pada posisi berlutut dan masih
berada diantara kedua kakiku. Kemudian beliau maju lebih mendekat ke
selangkanganku sambil tangan kanannya seperti menggenggam sesuatu yang
kemudian diarahkannya pada vaginaku.
Aku belum pernah melihat kemaluan atau penis orang dewasa, aku hanya
pernah melihat penis anak kecil keponakanku saat aku diminta memandikan
mereka. Walaupun bentuk dan ukurannya jauh berbeda, tapi aku yakin
“benda” yang dipegang beliau itu adalah penisnya sendiri. Pengetahuan
seksku memang sangat minim kalau tidak bisa dibilang nol, tapi naluriku
mengatakan bahwa pak Yanto sekarang sedang berniat menyetubuhi aku.
Seketika timbul rasa takutku dan juga rasa menyesal karena telah
mengundang pak Yanto ke rumahku yang sedang kosong supaya kami bisa
bercumbu lebih bebas. Tapi badanku sudah sangat lemas karena tiga kali
orgasme dan rasa takut membuatku malah semakin lemas saja sehingga
akhirnya hanya bisa merasa pasrah kepada keadaan ini. Aku hanya mencoba
memejamkan mata supaya pikiranku tidak merekam memori visual dari
peristiwa yang mungkin kuanggap akan kusesali seumur hidup.
Kurasakan pak Yanto sudah berada di atas tubuhku dengan bertopang pada
tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa kepala penisnya
bergesekan dengan kelentitku. Rasa nikmat yang ditimbulkannya sedikit
banyak mulai mengurangi rasa gelisah akibat ketakutanku tadi. Pak Yanto
juga kadang-kadang membawa penisnya ke muka liang vaginaku dan
melakukan gerakan berputar seolah-olah ingin membesarkan ukuran liangnya
yang setahuku sangat sempit.
“Shhhhhhh…shhhhh…shhh…” Tanpa bisa kucegah mulutku mengeluarkan suara
desisan nikmat yang seirama dengan gerakan tangan kanan beliau.
Tiba-tiba aku merasakan kepala penis pak Yanto tidak lagi berputar-putar
dimulut liang vaginaku, tetapi aku merasakan penis pak Yanto tersebut
mulai terasa dijejalkan masuk ke dalam liang vaginaku. Daging penis
beliau yang padat terasa menyakitkan saat memasuki liang vaginaku yang
sudah merekah basah dan licin.
“Aduuuuuhh….sakiiit …aduuuhhh…bapa…sakit sekali …aduuhhhh” Aku hanya
bisa mengaduh pelan-pelan sambil mengangkat kedua tanganku untuk
berpegangan pada pinggiran bantal yang menyangga kepalaku sehingga bisa
meremas-remasnya saat merasa sakit.
BLESSSSS …. Seluruh batang penisnya akhirnya masuk dengan sempurna
dengan tidak terlalu sulit karena sudah “siap” akibat cumbuan-cumbuan
luar biasa yang dilakukan tadi.
“Sakit ya sayang ?” Tanya bossku sambil memperbaiki posisi badannya tanpa merubah posisi penisnya dalam liang vaginaku.
Aku hanya mengangguk perlahan dan tanpa terasa ada butir-butir air mata
muncul di ujung mataku yang terpejam. Pak Yanto dengan lembut mencium
air mata pada ujung mataku dan mengelus-elus rambutku yang panjang dan
tebal.
“Uuuuhhhhhh ….” Aku kembali mengeluh pelan saat pak Yanto mulai
melakukan gerakan maju mundur pada penisnya dengan perlahan. Beliau
lalu memelukku dengan erat sehingga kedua tanganku pun sekarang dalam
posisi melingkari punggungnya. Rasa sakit itu lama-lama makin berkurang
dan berganti menjadi rasa nikmat jauh melebihi yang pernah kurasakan
sebelumnya.
“ Aarkkkhhh … arkkhhhhh ….arkkkhhh….” aku mengeluarkan erangan yang
terdengar aneh saat pak Yanto mulai mempercepat gerakannya sambil tetap
dalam posisi memelukku.
“Bapaaaa … aduuuhhh…. bapaaa …Tini udah gak tahaaaannn” Hanya dalam
beberapa menit saja aku sudah meneriakan kata-kata orgasmeku yang khas.
Pak Yanto membalasnya dengan gerakan yang makin cepat dan diakhiri
dengan hujaman yang dalam dan dilanjutkan dengan gerakan penis
berputar-putar seolah-olah mau membuka lobang rahimku. Aku sampai
mengejang-ngejang kenikmatan sambil mengangkat-angkat pantatku untuk
mengimbangi gerakannya, sedangkan kedua tanganku sekarang beralih
meremas-remas pantatnya beliau.
“Ooohhhhhhhhh…….” Akhirnya aku kembali tergolek lemas karena kenikmatan,
pak Yanto pun menghentikan gerakannya setelah melihat reaksiku.
Aku buka mataku dan memberikan senyumanku yang paling manis kepada
bossku yang telah memberikan kenikmatan yang luar biasa dan secara ajaib
menghapus sama sekali rasa menyesal yang sebelumnya kurasakan. Lalu
kami berciuman cukup lama sambil saling membelai muka dan rambut
masing-masing.
Setelah puas berciuman pak Yanto kemudian melepas pelukannya dan duduk tegak tanpa melepaskan penisnya dari vaginaku.
“Tini, coba kamu lihat darah perawan kamu” Ajak pak Yanto
Aku coba mengangkat badanku sedikit dengan ditopang kedua tanganku
sambil melihat ke arah selangkanganku. Penis pak Yanto hanya terlihat
pangkalnya saja karena sisanya masih berada di dalam liang vaginaku.
Selain penuh dengan urat-urat yang menonjol, pada penisnya juga
terlihat sedikit cairan berwarna merah pada beberapa bagiannya. Noda
merah yang sama aku lihat juga pada bulu kemaluanku, perutku, paha
sebelah dalam dan perutnya pak Yanto. Rupanya itulah yang disebut
darah perawan atau darah malam pertama oleh orang-orang selama ini.
Sebagai perempuan suku Jawa, warna kulitku lebih gelap dari wanita suku
Sunda, demikian juga dengan kulit kemaluanku yang berwarna merah gelap
sampai kebagian dalamnya sehingga bercak-dercak darah itu tidak terlalu
terlihat kalau tidak diperhatikan dengan seksama.
Belum sempat aku membuka mulut untuk memberikan komentar, beliau sudah
mulai mengerakkan lagi penisnya maju mundur yang membuatku terpaksa
berbaring kembali. Kedua kakiku satu persatu beliau naikkan ke atas
bahunya sehingga badanku menjadi hampir terlipat dalam tindihan pak
Yanto. Dalam posisi seperti itu pak Yanto memompa penisnya makin lama
makin cepat sehingga membuat tubuhku terguncang-guncang.
“Oooowww ….ahhhh…aawww” aku menjerit kenikmatan “Bapaaa..aa..aa..aa …
nii… iii..kk…mmmaa…aaa..aatttt…sssee …eee…kkkaa…aaa…llliiiii…” suaraku
jadi terputus putus karena kerasnya goncangan badanku.
CROK … CROK …CROK …CROK … aku mulai mendengar bunyi seperti air becek
yang ditepuk-tepuk dengan keras. Belakangan aku ketahui itu adalah
bunyi dari cairan yang telah membanjiri vaginaku dipompa dengan keras
oleh penisnya pak Yanto sampai berbuih-buih.
Badan kami kurasakan mulai berkeringat sehingga terlihat mengkilat,
setetes dua tetes keringat pak Yanto mulai jatuh ke tubuhku. Tak
berapa lama kemudian keringat pak Yanto semakin membanjir dan mengalir
deras ke perutku bercampur dengan keringatku sendiri .
CROK…CROK …CROK… CROK …CROK… bunyi itu semakin keras
Rasanya aku hampir tak sadarkan diri karena gelombang demi gelombang
nikmat yang makin lama makin besar seolah-olah tidak aka nada batasnya.
Tapi tiba-tiba aku merasakan tubuh pak Yanto mulai bergetar, pompaan
penisnya makin tidak teratur iramanya.
“TINNNIIII …. Saya mau keluarrrrr …” teriak pak Yanto yang saat itu aku tidak tahu artinya.
Kurasakan pak Yanto menekan kuat-kuat penisnya di dalam vaginaku, tak
berapa lama kemudian penisnya terasa berdenyut denyut dengan kuat lalu
seperti memuntahkan sesuatu yang hangat berkali kali di dalam tubuhku.
Denyutan pada penis beliau yang disertai semburan cairan hangat
tersebut melipatgandakan kenikmatan yang tengah kurasakan.
“Bapppaaaaa … Oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ……” akupun menyusul mengeluarkan
lenguhan kenikmatan yang panjang sampai semburan dari penis pak Yanto
berhenti.
Tubuh pak Yanto lalu ambruk kelelahan menimpa tubuhku setelah
sebelumnya menurunkan kedua kakiku dari bahunya. Untuk beberapa saat
pak Yanto tidak bereaksi sama sekali, sehingga aku coba peluk beliau
erat-erat sambil mengelus-elus kepalanya dengan penuh kasih sayang.
Beberapa saat kemudian beliau mulai bergerak bangun dan langsung mencium
bibirku.
“Tini, kamu bisa merasakan kenikmatannya sayang ?” Tanya beliau dengan setengah berbisik ditelingaku.
AKu hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kepada beliau.
“Sekarang bapa sudah mencicipi milik Tini yang paling berharga dan hanya
ada satu-satunya” Kataku secara spontan yang dijawab dengan senyuman
dan ciuman dari pak Yanto.
“Tapi sebagai gantinya tadi Tini sudah merasakan kenikmatan yang luar
biasa” lanjutku “Jadi Tini sebenarnya tidak tahu apakah harus meyesal
atau berterima kasih”
Sekali lagi beliau menjawabnya dengan tersenyum sambil memandangku
dengan mesra sehingga aku menjadi jengah sendiri hingga tertunduk malu.
Kembali aku dihujani dengan kecupan-kecupan kecil dan ciuman-ciuman
pendek yang sangat berarti bagiku.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh….” Jeritku tertahan ketika tiba-tiba pak Yanto menarik penisnya keluar.
Pak Yanto kemudian berdiri dan berjalan ke halaman belakang untuk
mengambil selembar handuk yang sedang dijemur di sana, kemudian dengan
halus beliau menyeka keringatku dan keringatnya sendiri dan terakhir
menyeka vaginaku dan penisnya.
-------- oo0oo ---------
Hari itu kami bertelanjang bulat seharian selama di dalam rumah, baik
itu waktu memasak di dapur, makan siang , nonton TV ataupun saat sekedar
mengobrol berdua. Kondisi kami yang bertelanjang bulat membuat kami
selalu mudah terangsang lagi untuk bersetubuh, sehingga antara satu
kegiatan dengan kegiatan lainnya kami selingi dengan bersetubuh.
Dalam persetubuhan-persetubuhan lanjutannya itu, beliau selalu
menggunakan kondom yang dibawanya. Waktu itu aku dengan polosnya
memprotes penggunaan kondom karena mengurangi kenikmatan bersetubuh
padahal waktu persetubuhan yang pertama beliau tidak menggunakan kondom
tersebut. Sambil nyengir beliau menjelaskan bahwa yang pertamapun
seharusnya beliau memakai kondom, tapi beliau khawatir aku keburu sadar
dan menolak meneruskan saat beliau sedang memasang kondomnya.
Menjelang malam pak Yanto akhirnya pamit pulang setelah total empat kali menyetubuhiku sepanjang hari tadi.
Hubungan kami selanjutnya semakin “panas” karena untuk dua tahun pertama
aku benar-benar ketagihan untuk bersetubuh dan untuk itu aku bersedia
disetubuhi dimanapun dan dalam segala kondisi, tentu saja hanya dengan
pak Yanto saja. Seringkali aku di kantor minta di setubuhi sambil
berdiri atau dalam posisi menungging di meja dengan berpakaian lengkap.
Kalau aku sedang menemani pak Yanto ke luar kantor atau saat diantar
pulang sorenya, kadang aku suka merengek minta mampir ke hotel melati
atau motel untuk memuaskan berahiku. Tidak terhitung pula persetubuhan
yang kami lakukan di dalam mobil yang biasanya kami parkir areal parkir
umum yang luas tapi gelap.
Pak Yanto tidak pernah menolak permintaanku, tapi beliau mewajibkan aku
untuk selalu membawa kondom di dalam tasku karena beliau tidak bisa
membawa persediaan kondom yang memadai tanpa ketahuan istrinya.
Tapi nafsu berahiku yang terlalu tinggi ini akhirnya membawa akibat
fatal ketika aku memaksa untuk tetap disetubuhi pada saat persediaan
kondom telah habis. Saat itu aku meminta bersetubuh dengan posisiku di
atas dan pada saat pak Yanto akan ejakulasi aku tidak mengindahkan
isyarat pak Yanto untuk mencabut vaginaku dari penisnya karena aku belum
mencapai orgasmeku yang ketiga sehingga akhirnya sperma beliau tumpah
di dalam tubuhku.
Akibatnya dua bulan kemudian aku dipastikan hamil !
Rasa bersalah membuatku tidak berani langsung membicarakannya kepada pak
Yanto sehingga janinku semakin membesar. Pak Yanto akhirnya mengetahui
juga setelah beliau merasa heran karena aku bersedia disetubuhi pada
tanggal-tanggal biasanya aku mendapat haid dan juga merasakan payudaraku
semakin membesar.
Karena kandunganku yang mulai besar, pak Yanto membawaku ke dokter
kandungan untuk digugurkan dengan cara yang aman. Dokter tersebut mau
melakukan tindakan aborsi karena aku diakui sebagai istri muda beliau
yang tidak diijinkan punya anak oleh istri tuanya. Sangat ironis memang
…
Kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi yang aku lakukan membuat Pak
Yanto memintaku untuk memasang IUD sehingga kami berdua tidak lagi
perlu khawatir akan kebobolan. Sehingga kini aktivitas seks kami
berdua terasa makin intensif dan tanpa disadari mulai terlalu
demonstratif yang membuat orang-orang kantor mulai bertanya-tanya
adanya hubungan istimewa diantara kami.
Akhirnya untuk mencegah kecurigaan orang-orang kantor yang sering
melihatku keluar dengan nafas memburu dan lipstik memudar dari ruangan
bossnya hampir dua kali sehari, pak Yanto merekomendasikan aku ke
perusahaan lain yang dikelola pelanggan perusahaan kami. Kemudian aku
dikontrakkan kamar kos yang memungkinkan beliau datang kapan saja.
Hampir setiap sore sepulang dari kantor beliau datang menyetubuhiku
sebelum pulang ke rumahnya dan kadang-kadang pagi-pagi juga datang
mengantarku ke kantor setelah bersetubuh dulu tentunya.
Setelah hampir empat tahun berhubungan dengan pak Yanto tanpa status
yang jelas, akhirnya aku menerima lamaran dari teman SMAku yang
inginmengajakku menikah tanpa melewati pacaran. Mulanya pak Yanto
keberatan dengan keputusanku, tapi akhirnya beliau mau menerimanya
setelah aku berjanji mau tetap melayaninya kalau diminta. Hal itu
memang bisa aku buktikan, bahkan saat aku sedang hamil anak pertamaku,
aku tetap bersedia bersetubuh dengan beliau.
Aku memang tidak pernah bisa melupakan mantan bossku ini, bukan karena
beliau orang yang telah merengut keperawananku, tapi karena aku memang
mencintainya …