Rumah kostku 2 lantai yang disewakan hanya 5 kamar dengan ukuran sedang
dan kostnya baik untuk putra maupun putri, yang masih single maupun yang
sudah berkeluarga. Kamar mandi untuk anak kost disedakan ada 2 didalam
rumah satu dan yang diluar juga ada. Ibu koskupun tinggal disitu cuman
tinggal di kamar sebelah dalam bersama anak semata wayangnya Mas Rano.
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2005, Rumah kost hanya terisi dua
satu untukku dan sebelahnya lagi keluarga Mas Tarno berasal dari
Yogyakarta. Mas Tarno umurnya 2 tahun diatasku jadi waktu itu sekitar 26
tahun. Istrinya bernama Nita seumuran denganku. Nita orangnya manis
putih tinggi sekitar 165 cm ukuran payudara sekitar 34-an. Mereka sudah
dikaruniai satu orang anak masih berumur 2 tahun bernama Rara. Mas Tarno
orangnya penggangguran. Jadi untuk keperluan, Nita-lah yang bekerja
dari pagi sampai malam di sebuah Supermarket terkenal (supermarket ini
sering dikenai sanksi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha lho!!!….hayo
tebak siapa bisa..hahahaha….) sebagai SPG sebuah produk susu untuk
balita. Karena keperluannya yang begitu banyak, Nita (menurut
pengakuannya) sampai meminta pihak manajemen untuk bisa bekerja 2 shift.
Tentunya keluarga macam ini sering cek-cok. Nita mengganggap Mas Tarno
orangnya pemalas bisanya hanya minta duit untuk beli rokok. Padahal
jerih payah Nita seharusnya untuk beli susu buat Rara putrinya. Mas
Tarno pun sering membalas omelan-omelan Nita dengan tamparan dan
tendangan bahkan dilakukan didepan anaknya. Aku sendiri tidak betah
melihat pertengkaran itu.
Suatu saat, Mas Tarno dapat pekerjaan sebagai ABK dan tentunya harus
meninggalkan keluarganya dalam waktu yang cukup lama. Nita senangnya
bukan main mendengarnya. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama.
Pada malam itu, aku ngobrol dengan Nita dikamarnya sambil nonton TV. Si
Rara muter-muter sambil bermain maklum umur segitu masih lucu-cucunya.
“Sekarang sepi ya, Nit….nggak ada Mas Tarno.” kataku
“Lebih baik gini, Ted. Enakan kalo Mas Tarno nggak ada.” Keluh Nita kepadaku.
“Emangnya Kenapa?” tannyaku.
“Mas Tarno tuh kerja nggak kerja tetep nyusahin. wajar khan kalo aku
minta duit ke Mas Tarno? Aku khan istrinya. Eh, Dianya marah-marah.
Besoknya aku diomelin juga ama ibu mertuaku. Katanya aku nggak boleh
minta duitnya dulu biar bisa buat nabung. Gombal!!! Aku nggak percaya
Mas Tarno bisa nabung!!!” Dia jawab dengan marah-marah.
“Sabar ya…” Aku mencoba untuk menenangkannya apalagi Rara dah minta bobo’.
“Seandainya Mas Tedy yang jadi suamiku mungkin aku tidak akan merana.
Mas Tedy dah dapat pekerjaan tetap dan digaji besar sedangkan suamiku,
Mas Tarno hanya pekerja kasar di kapal itupun baru sebulan sebelumnya
penggangguran.” Keluhnya.
“Udah…jangan berandai-andai….biarkan hidup mengalir saja.” Jawabku sekenanya.
“Mas, …..
Tiba-tiba Nita duduk disebelahku mengapit tangganku dan menyandarkan
kepalanya. Aku sungguh terkejut. Aku tahu Nita butuh kasih sayang, butuh
belaian, butuh perhatian. Bukan tendangan dan tamparan. Aku balas dia
dengan pelukan di bahunya. Sayang sekali Wanita semanis Nita
disia-siakan oleh laki-laki. Tapi Aku juga laki-laki normal punya nafsu
terhadap wanita. Justru inilah kesempatanku untuk mengerjai Nita apalagi
ibu kostku menjengguk keluarganya di Surabaya selama seminggu dan baru
berangkat kemarin malam dan Mas Rano dapat jatah kerja Shift malam di
sebuah Mall. Yuhuyyy…akhirnya kesempatan itu tiba!!!
Kutoleh Nita yang saat itu sedang memakai daster, tanpa basa basi aku
langsung merengkuh tubuh Nita yang montok itu kedalam pelukanku dan
langsung kucium bibirnya yang tipis itu. Nita memeluk tubuhku erat erat,
Nita sangat pandai memainkan lidahnya, terasa hangat sekali ketika
lidahnya menyelusup diantara bibirku. Tanganku asyik meremas susu Nita
yang tidak seberapa besar tapi kencang, pentilnya kupelintir membuat
Nita memejamkan matanya karena geli. Dengan sigap aku menarik daster
Nita, dan seperti biasanya Nita sudah tak mengenakan apa apa dibalik
dasternya itu ternyata Nita memang sudah merencanakannya tanpa
sepengetahuanku. Tubuh Nita benar benar aduhai dan merangsang seleraku,
tubuhnya semampai, putih dengan susu yang pas dengan ukuran tubuhnya
ditambah nonok yang tak berambut mencembung.
“Eh gimana kalo si Rara bangun?” tanyaku.
“Tenang aja Mas Tedy, Susu yang diminum Rara tadi dah aku campurin CTM.”
Jawabnya dengan gaya yang manja. Benar-benar persiapan yang sempurna.
Ketika kubentangkan bibir nonoknya, itilnya yang sebesar biji salak
langsung menonjol keluar. ketika kusentuh dengan lidahku, Nita langsung
menjerit lirih. Aku langsung mencopot baju dan celanaku sehingga penisku
yang sepanjang 12 cm langsung mengangguk angguk bebas. Ketika
kudekatkan penisku ke wajah Nita, dengan sigap pula Nita menggenggamnya
dan kemudian mengulumnya. Kulihat bibir Nita yang tebal itu sampai
membentuk huruf O karena penisku yang berdiameter 3 cm itu hampir
seluruhnya memadati bibir mungilnya, Nita sepertinya sengaja memamerkan
kehebatan kulumannya, karena sambil mengulum penisku ia berkali kali
melirik kearahku. Aku hanya dapat menyeringai keenakan dengan servis
Nita ini. Mungkin posisiku kurang tepat bagi Nita yang sudah berbaring
itu sementara aku sendiri masih berdiri disampingnya, maka Nita
melepaskan kulumannya dan menyuruhku berbaring disebelahnya. Setelah aku
berbaring dengan agak tergesa gesa Nita merentangkan kedua kakiku dan
mulai lagi menjilati bagian peka disekeliling penisku, mulai dari
pelirku, terus naik keatas sampai keNitang kencingku semuanya
dijilatinya, bahkan Nita dengan telaten menjilati Nitang duburku yang
membuat aku benar benar blingsatan. Aku hanya dapat meremas remas susu
Nita serta merojok nonoknya dengan jariku. Aku sudah tak tahan dengan
kelihaian Nita ini, kusuruh dia berhenti tetapi Nita tak memperdulikanku
malahan ia makin lincah mengeluar masukkan penisku kedalam mulutnya
yang hangat itu. Tanpa dapat dicegah lagi air maniku menyembur keluar
yang disambut Nita dengan pijatan pijatan lembut dibatang penisku seakan
akan dia ingin memeras air maniku agar keluar sampai tuntas.
Ketika Nita merasa kalau air maniku sudah habis keluar semua, dengan
pelan pelan dia melepaskan kulumannya, sambil tersenyum manis ia melirik
kearahku. Kulihat ditepi bibirnya ada sisa air maniku yang masih
menempel dibibirnya, sementara yang lain rupanya sudah habis ditelan
oleh Nita. Nita langsung berbaring disampingku dan berbisik “Mas Tedy
diam saja ya, biar saya yang memuaskan Mas !” Aku tersenyum sambil
menciumi bibirnya yang masih berlepotan air maniku sendiri itu. Dengan
tubuh telanjang bulat Nita mulai memijat badanku yang memang jadi agak
loyo juga setelah tegang untuk beberapa waktu itu, pijatan Nita benar
benar nyaman, apalagi ketika tangannya mulai mengurut penisku yang
setengah ngaceng itu, tanpa dihisap atau diapa apakan, penisku ngaceng
lagi, mungkin karena memang karena aku masih kepengen main beberapa kali
lagi maka nafsuku masih bergelora. Aku juga makin bernafsu melihat susu
Nita yang pentilnya masih kaku itu, apalagi ketika kuraba nonoknya
ternyata itilnya juga masih membengkak menandakan kalau Nita juga masih
bernafsu hanya saja penampilannya sungguh kalem .
Melihat penisku yang sudah tegak itu, Nita langsung mengangkangi aku dan
menepatkan penisku diantara bibir nonoknya, kemudian pelan pelan ia
menurunkan pantatnya sehingga akhirnya penisku habis ditelan nonoknya
itu. Setelah penisku habis ditelan nonoknya, Nita bukannya menaik
turunkan pantatnya, dia justru memutar pantatnya pelan pelan sambil
sesekali ditekan, aku merasakan ujung penisku menyentuh dinding empuk
yang rupanya leher rahim Nita. Setiap kali Nita menekan pantatnya, aku
menggelinjang menahan rasa geli yang sangat terasa diujung penisku itu.
Putaran pantat Nita membuktikan kalau Nita memang jago bersetubuh,
penisku rasanya seperti diremas remas sambil sekaligus dihisap hisap
oleh dinding nonok Nita. Hebatnya nonok Nita sama sekali tidak becek,
malahan terasa legit sekali, seolah olah Nita sama sekali tak terangsang
oleh permainan ini. Padahal aku yakin seyakin yakinnya bahwa Nita juga
sangat bernafsu, karena kulihat dari wajahnya yang memerah, serta susu
dan itilnya yang mengeras seperti batu itu. Aku makin lama makin tak
tahan dengan gerakan Nita itu, kudorong ia kesamping sehingga aku dapat
menindihinya tanpa perlu melepaskan jepitan nonoknya. Begitu posisiku
sudah diatas, langsung kutarik penisku dan kutekan sedalam dalamnya
memasuki nonok Nita. Nita menggigit bibirnya sambil memejamkan mata,
kakinya diangkat tinggi tinggi serta sekaligus dipentangnya pahanya
lebar lebar sehingga penisku berhasil masuk kebagian yang paling dalam
dari nonok Nita. Rojokanku sudah mulai tak teratur karena aku menahan
rasa geli yang sudah memenuhi ujung penisku, sementara Nita sendiri
sudah merintih rintih sambil menggigiti pundakku. Mulutku menciumi susu
Nita dan menghisap pentilnya yang kaku itu, ketika Nita memintaku untuk
menggigiti susunya, tanpa pikir panjang aku mulai menggigit daging empuk
itu dengan penuh gairah, Nita makin keras merintih rintih, kepalaku
yang menempel disusunya ditekan keras keras membuatku tak bisa bernafas
lagi, saat itulah tanpa permisi lagi kurasakan nonok Nita mengejang dan
menyemprotkan cairan hangat membasahi seluruh batang penisku.
Ketika aku mau menarik pantatku untuk memompa nonoknya, Nita dengan
keras menahan pantatku agar terus menusuk bagian yang paling dalam dari
nonoknya sementara pantatnya bergoyang terus diatas ranjang merasakan
sisa sisa kenikmatannya. Dengan suara agak gemetar merasakan
kenikmatannya, Nita menanyaiku apakah aku sudah keluar, ketika aku
menggelengkan kepala, Nita menyuruhku mencabut penisku. Ketika penisku
kucabut, Nita langsung menjilati penisku sehingga cairan lendir yang
berkumpul disitu menjadi bersih. Penisku saat itu warnanya sudah merah
padam dengan gagahnya tegas keatas dengan urat uratnya yang melingkar
lingkar disekeliling batang penisnya. Nita sesekali menjilati ujung
penisku dan juga buah pelirku. Ketika Nita melihat penisku sudah bersih
dari lendir yang membuat licin itu, dia kembali menyuruhku memasukkan
penisku, tetapi kali ini Nita yang menuntun penisku bukannya keNitang
nonoknya melainkan keNitang duburnya yang sempit itu. Aku menggigit
bibirku merasakan sempit serta hangatnya Nitang dubur Nita, ketika
penisku sudah menyelusup masuk sampai kepangkalnya, Nita menyuruhku
memaju mundurkan penisku, aku mulai menggerakkan penisku pelan pelan
sekali.
Kurasakan betapa ketatnya dinding dubur Nita menjepit batang penisku
itu, terasa menjalar diseluruh batangnya bahkan terus menjalar sampai
keujung kakiku. Benar benar rasa nikmat yang luar biasa, baru beberapa
kali aku menggerakkan penisku, aku menghentikannya karena aku kuatir
kalau air maniku memancar, rasanya sayang sekali jika kenikmatan itu
harus segera lenyap. Nita menggigit pundakku ketika aku menghentikan
gerakanku itu, ia mendesah minta agar aku meneruskan permainanku.
Setelah kurasa agak tenang, aku mulai lagi menggerakkan penisku
menyelusuri dinding dubur Nita itu, dasar sudah lama menahan rasa geli,
tanpa dikomando lagi air maniku tiba tiba memancar dengan derasnya, aku
melenguh keras sekali sementara Nita juga mencengkeram pundakku.
Aku jadi loyo setelah dua kali memuntahkan air mani yang aku yakin pasti
sangat banyak. Tanpa tenaga lagi aku terguling disamping tubuh Nita,
kulihat penisku yang masih setengah ngaceng itu berkilat oleh lendir
yang membasahinya. Nita langsung bangun dari tempat tidur, dengan
telanjang bulat ia keluar mengambil air dan dibersihkannya penisku itu,
aku tahu kali ini dia tak mau membersihkannya dengan lidah karena
mungkin dia kuatir kalau ada kotorannya yang melekat. Setelah itu,
disuruhnya aku telungkup agar memudahkan dia memijatku, aku jadi
tertidur, disamping karena memang lelah, pijatan Nita benar benar enak,
sambil memijat sesekali dia menggigiti punggungku dan pantatku. Aku
benar benar puas menghadapi perempuan satu ini.
Aku tertidur cukup lama, ketika terbangun badanku terasa segar sekali,
karena selama aku tidur tadi Nita terus memijit tubuhku. Ketika aku
membalikkan tubuhku, ternyata Nita masih saja telanjang bulat, penisku
mulai ngaceng lagi melihat tubuh Nita yang sintal itu, tanganku meraih
susunya dan kuremas dengan penuh gairah, Nitapun mulai meremas remas
penisku yang tegang itu.
“Yuk kita ke kamar mandi” ajakku
“Sapa takut…..”
Aku menarik tangan Nita keluar kamar sambil bugil tapi aku sempatkan
menyambar 2 buah handuk kemudian berjalan mengendap masuk , takut
ketahuan tetangga sebelah rumah dan mengunci pintu kamar mandinya dari
dalam.
” Nit…kamu seksi banget..” desisku sambil lebih mendekatinya, dan
langsung mencium bibirnya yang ranum. Nita membalas ciumanku dengan
penuh gairah, dan aku mendorong tubuhnya ke dinding kamar mandi.
Tanganku membekap dadanya dan memainkan putingnya. Nita mendesah pelan.
Ia menciumku makin dalam. Kujilati putingnya yang mengeras dan ia
melenguh nikmat. Aku ingat, pacarku paling suka kalau aku berlama-lama
di putingnya. Tapi kali ini tidak ada waktu, karena sudah menjelang
pagi. Nita mengusap biji pelirku. Kunaikan tubuh Nita ke bak mandi.
Kuciumi perutnya dan kubuka pahanya.
Bulu kemaluannya rapi sekali. Kujilati liangnya dengan nikmat, sudah
sangat basah sekali. ia mengelinjang dan kulihat dari cermin, ia meraba
putingnya sendiri, dan memilin-milinnya dengan kuat.
Kumasukan dua jari tanganku ke dalam liangnya, dan ia menjerit tertahan.
Ia tersenyum padaku, tampak sangat menyukai apa yg kulakukan. Jari
telunjuk dan tengahku menyolok-nyolok ke dalam liangnya, dan jempolku
meraba-raba kasar klitorisnya. Ia makin membuka pahanya, membiarkan aku
melakukan dengan leluasa. Semakin aku cepat menggosok klitorisnya,
semakin keras desahannya. Sampai-sampai aku khawatir akan tetangga
sebelah rumah dengar karena dinding kamar mandi bersebelahan tepat
dengan dinding rumha tetangga. Lalu tiba-tiba ia meraih kepalaku, dan
seperti menyuruhku menjilati liangnya.
” Ahhh…ahhh….Mas…Arghhhh..uhhh….Maaasss….” ia mendesah-desah girang
ketika lidahku menekan klitorisnya kuat2. Dan jari-jariku makin mengocok
liangnya. Semenit kemudian, Nita benar-benar orgasme, dan membuat
mulutku basah kuyub dengan cairannya. Ia tersenyum lalu mengambil
jari2ku yang basah dan menjilatinya sendiri dengan nikmat.
Ia lalu mendorongku duduk di atas toilet yg tertutup, Ia duduk bersimpuh
dan mengulum penisku yang belum tegak benar. Jari-jarinya dengan lihay
mengusap-ngusap bijiku dan sesekali menjilatnya. Baru sebentar saja, aku
merasa akan keluar. Jilatan dan isapannya sangat kuat, memberikan
sensasi aneh antara ngilu dan nikmat. Nita melepaskan pagutannya, dan
langsung duduk di atas pangkuanku.
Ia bergerak- gerak sendiri mengocok penisku dengan penuh gairah. Dadanya
naik turun dengan cepat, dan sesekali kucubit putingnya dengan keras.
Ia tampak sangat menyukai sedikit kekerasan. Maka dari itu, aku
memutuskan untuk berdiri dan mengangkat tubuhnya sehingga sekarang
posisiku berdiri, dengan kakinya melingkar di pinggangku.
Kupegang pantatnya yang berisi dan mulai kukocok dengan kasar. Nita
tampak sangat menyukainya. Ia mendesah-desah tertahan dan mendorong
kepalaku ke dadanya. Karena gemas, kugigit dengan agak keras putingnya.
Ia melenguh ,” Oh…gitu Mas..gigit seperti itu…aghhh…”
Kugigit dengan lebih keras puting kirinya, dan kurasakan asin sedikit di
lidahku. Tapi tampaknya Nita makin terangsang.Penisku terus memompa
liangnya dengan cepat, dan kurasakan liangnya semakin menyempit…
Penisku keluar masuk liangnya dengan lebih cepat, dan tiba-tiba mata
Nita merem melek, dan ia semakin menggila, lenguhan dan desahannya
semakin kencang hingga aku harus menutup mulutnya dengan sebelah
tangannku.
” Ah Maass…Ehmm… Arghh…Arghhh…Ohhhhh uhhhhhh…” Nita orgasme untuk kesekian kalinya dan terkulai ke bahuku.
Karena aku masih belum keluar, aku mencabut penisku dari liangnya yang
banjir cairannya, dan membalikan tubuhnya menghadap toilet. Biasa kalau
habis minum staminaku memang suka lebih gila. Nita tampak mengerti
maksudku, ia menunggingkan pantatnya, dan langsung kutusuk penisku ke
liangnya dari belakang. Ia mengeram senang, dan aku bisa melihat seluruh
tubuhnya dari cermin di depan kami. Ia tampak terangsang, seksi dan
acak-acakan.
Aku mulai memompa liangnya dengan pelan, lalu makin cepat, dan tangan
kiriku meraih puting payudaranya, dan memilinnya dengan kasar, sementara
tangan kananku sesekali menepuk keras pantatnya. Penisku makin cepat
menusuk2 liangnya yang semakin lama semakin terasa licin. Tanganku
berpindah-pindah, kadang mengusap-ngusap klitorisnya dengan cepat.
Badan Nita naik turun sesuai irama kocokanku, dan penisku semakin tegang
dan terus menghantam liangnya dari belakang. Ia mau orgasme lagi,
rupanya, karena wajahnya menegang dan ia mengarahkan tanganku mengusap
klitorisnya dengan lebih cepat.
Penisku terasa makin becek oleh cairan liangnya.
“Nita..aku juga mau keluar nih….”
” oh tahan dulu…kasih aku….penismu….tahan!!!!
“Nita langsung membalikan tubuhnya, dan mencaplok penisku dengan rakus.
Ia mengulumnya naik turun dengan cepat seperti permen, dan dalam itungan
detik, menyemprotlah cairan maniku ke dalam mulutnya.
” ArGGGhhhh!! Oh yes !! ” erangku tertahan.
Nita menyedot penisku dengan nikmat, menyisakan sedikit rasa ngilu pada
ujung penisku, tapi ia tidak peduli, tangan kirinya menekan pelirku dan
kanannya mengocok penisku dengan gerakan makin pelan. Kakiku lemas dan
aku terduduk di kursi toilet yg tertutup. Nita berlutut dan menjilati
seluruh penisku dengan rakus.
Setelah Nita menjilat bersih penisku, ia memakaikan handukku, lalu
memakai handuknya sendiri. Ia memberi isyarat agar aku tidak bersuara,
lalu perlahan-lahan membuka pintu kamar mandi. Setelah yakin aman, ia
keluar dan aku mengikutinya dari belakang. Setelah kejadian itu aku sama
Nita semakin gila-gilaan dalam bermain seks sampai dengan ibu kosku
kembali dari Surabaya tentunya aku hanya bisa melakukannya di malam hari