Mbak Ami, seorang wanita yang pada saat itu usianya sekitar 19 tahun,
yang memperkenalkan saya bagaimana mengenal organ wanita berikut dengan
cara pengolahannya sehingga mendapatkan kepuasan.
Pengalaman ini dimulai ketika Mbak Ami menginap untuk beberapa hari di
rumah saya karena dia akan mengikuti ujian masuk pada sebuah Akademi
Perawat di kota Yogya. Mbak Ami berasal dari kota Cilacap dan teman dari
sepupu saya. Karena tidak ada saudara di Yogya maka oleh sepupu saya
diminta untuk menginap di rumah.
Pada hari-hari pertama keberadaan Mbak Ami di rumah, saya merasa
canggung untuk berinteraksi dengannya. Hanya sekali-sekali saya
berbicara dengan Mbak Ami. Setelah beberapa hari, baru saya merasa mulai
ada kedekatan karena saya sering ngobrol dengan Mbak Ami. Hubungan saya
dengan Mbak Ami menjadi semakin dekat dimana diawali pada saat saya
disuruh oleh orang tua untuk membeli makan malam dan saya mulai berani
untuk mengajak Mbak Ami pergi bersama karena saya menganggap dia lebih
tahu menu makanan untuk makan malam. Dengan menggunakan vespa butut,
kami berboncengan dan sepanjang perjalanan kami bercerita berbagai hal.
Selama perjalanan beberapa kali saya merasakan buah dada Mbak Ami
menyentuh punggung saya dan saya yang pada saat itu masih berusia 16
tahun benar-benar menikmati sentuhan yang tidak sengaja itu.
Sampai pada suatu saat, kedua orang tua saya harus pergi keluar kota
untuk beberapa hari dan meminta saya untuk menjaga rumah. Mbak Ami
sendiri diminta oleh orang tua saya untuk menemani dan dikarenakan masih
menunggu hasil test saringan masuk Akademi Perawat maka Mbak Ami
menyetujui untuk menemani saya. Sehingga hanya berdua saja di rumah
yaitu Mbak Ami dan saya.
Oh, iya saya belum mendeskripsikan sosok tubuh dari Mbak Ami.
Mbak Ami memiliki postur tubuh yang baik dimana tinggi 160 cm dengan
berat badan kira-kira 50 kg. Rambut hitam lebat sebahu dengan hidung
yang bangir serta matanya yang bagus (apalagi kalau sedang melirik..,
seksi sekali). Mbak Ami selalu menggunakan celana jeans dengan ukuran 28
dan memakai Bra ukuran 34 C (itupun saya tahu setelah tanya dengan Mbak
Ami).
Setelah makan malam, seperti biasa saya menonton acara televisi
sedangkan Mbak Ami baru bergabung setelah selesai membereskan meja
makan.
"Ko.. Acaranya bagus nggak?" tanya Mbak Ami.
"Lagi acara lagu-lagu" balas saya.
"Mau ikutan nonton ini atau mau cari acara yang lain?" saya bertanya balik kepada Mbak Ami.
"Sudah.. Biar ini aja" sahut Mbak Ami sambil duduk disamping saya.
Karena agak membungkukkan badannya, saya sempat mencuri pandang ke arah
dada Mbak Ami yang pada saat itu memakai daster dengan belahan dada agak
rendah. Kemudian kami menonton bersama sambil duduk berdampingan dan
saya sekali-sekali mencoba untuk melihat ke bagian dada, siapa tahu saya
bisa melihat lebih jelas isi bagian atasdari balik daster Mbak Ami.
Sambil menonton TV, kamipun bercerita dan dengan perasaan ragu, saya
coba untuk menggenggam tangan Mbak Ami dan ternyata tidak ada penolakan
bahkan Mbak Ami kemudian menyandarkan kepalanya ke bahu saya. Terus
terang pada saat itu, saya merasa kaget karena apa yang saya terima
ternyata jauh dari dugaan saya.
Dengan keyakinan penuh, saya tarik kepalanya dan saya mulai cium
bibirnya. Mbak Ami membalas ciuman saya dan bibir kamipun saling
mengecup, untuk beberapa menit berciuman dilanjutkan dengan saling
bertautnya lidah kami. Sambil berciuman dan saling menggigit, tangan
sayapun mencoba untuk menyusup ke balik dasternya.., meraba dan
meremas-remas buah dadanya. Kemudian ciuman saya alihkan dari bibir
turun ke dadanya dan ooh.. Putingnya sudah mengeras dan terus saya isap
putingnya bergantian yang kiri dan kanan. Mbak Ami pun tidak mau
ketinggalan, tangannya telah meraih penis saya yang sudah mengeras.. Dan
mengusapnya dari luar.
"Ko.. Buka celananya, Mbak pingin pegang penis kamu", pinta Mbak Ami.
Dengan terpaksa, saya berhenti mengisap puting Mbak Ami dan berdiri
untuk melepaskan celana. Begitu terlepas, Mbak Ami langsung menggengam
dan mengocok penis saya..
"Ach.. Mbak enak sekali.. Terus Mbak" sambil tangan saya mulai meremas buah dadanya kembali.
"Ach.. Oh.." Saya terus melenguh, begitupun dengan Mbak Ami..
Aksi saling menggemam dan meremas berlangsung kira-kira 20 menitan dan saya mencoba untuk membuka celana dalam Mbak Ami.
"Mbak.. Saya buka ya.. " pinta saya. Mbak Ami hanya mengangguk dan
sayapun menurunkan celana dalamnya, Mbak Ami membantu dengan mengangkat
pinggulnya agar celana dalamnya mudah dilepaskan. Begitu terlepas,
terlihatlah vagina dengan rambutnya yang tidak terlalu lebat.
Tangan sayapun langsung mengelus bagian luar vaginanya dan Mbak Ami pun
melebarkan kedua pahanya sehingga tangan saya lebih leluasa
mengusap-usap bagian luarnya.
"Ko.. Kamu jilatin yach", kata Mbak Ami sambil menarik turun kepalaku ke selangkangannya.
Saya bingung, "Mbak, saya belum pernah" kata saya.
"Sudah nggak apa-apa, enak khok.., coba dech", sahut Mbak Ami sabil merubah posisi badannya sehingga kami dalam posisi 69.
Saya pun menurut dan mulai menjilati.. Asin rasanya.. Tetapi saya
menikmatinya dan terus menjilat, kadang-kadang menggigit ringan bibir
vaginanya. Selain menjilati dan menggigit, lidah saya juga saya masukkan
ke dalam lubang vaginanya.
"Ach.. Terus Ko.., terus.." begitu Mbak Ami mendesah..
Sayapun terus melakukan aktivitas itu dan Mbak Ami semakin semangat
mengocok dan meremas penis saya. Karena hal ini baru bagi saya, maka
setelah beberapa menit, penis saya mulai berkedut..,
"Mbak.. sudah mau keluar nich", kata saya dan Mbak Ami semakin kencang
mengocoknya dan sayapun semakin cepat menjilati vagina Mbak Ami.. Dan..
"Ach.. Oh.. Mbak, mau keluar nich", saya mengerang nikmat dan tanpa
menghentikan kocokannya, Mbak Ami langsung mengulum dan menyedot penis
saya dan.. Keluarlah air mani saya, Mbak Ami juga sempat menelan sedikit
(katanya). Kemudian Mbak Ami mengambil celana dalamnya dalam me-lap
penis saya sampai habis sisa-sisa air mani saya.
Setelah kejadian malam itu, kamipun melakukannya sekali lagi di kamar
Mbak Ami karena saya tidak bisa tidur dan selalau terbayang apa yang
baru diajarkan oleh Mbak Ami.
"Mbak, saya nggak bisa tidur, inget terus yang tadi tuch", kata saya kepada Mbak Ami.
"Sini Ko.. Tidur sebelah Mbak aja, kata Mbak Ami sambil menggeser badannya agar saya bisa tidur di sebelah Mbak Ami.
Sayapun tiduran disampingnya dan langsung kami berciuman lagi. Seperti
sudah paham apa yang kami mau, tangan saya dan Mbak Ami langsung menuju
kesasaran utama dan dalam waktu singkat kami sudah sama-sama bugil.
"Mbak, saya ingin nyoba masukkin" kata saya.
"Saya masih perawan lho", jawab Mbak Ami sambil terus meremas dan mengocok penis saya.
Karena saya sudah benar-benar terangsang, saya terus mengusap dan
mencoba untuk memasukkan penis saya ke vaginannya. Setelah beberapa kali
saya mencoba untuk memasukkan penis saya ke lubang vagina Mbak Ami,
ternyata sulit juga.
"Ich.. Susah banget, khok meleset terus" kata saya kepada Mbak Ami.
"Khan Mbak sudah bilang, kalau aku masih perawan", kata Mbak Ami
"Selama ini paling hanya jarinya pacar Mbak aja yang masuk kesitu, dia nggak mau kalau penisnya dimasukin" kata Mbak Ami lagi.
Karena penasaran dan sayapun belum pernah melakukan hal itu, maka saya
coba lagi untuk memasukkan penis saya ke lubang vagina Mbak Ami. Pada
akhirnya, kepala penis saya berhasil masuk tetapi kemudian sambil
meringis Mbak Ami kemudian bilang,
"Ko.. Sakit sekali".
"Kamu yakin mau masukin penisnya" kata Mbak Ami lagi..
"Ntar kalau keluar maninya di dalam gimana?" lanjut Mbak Ami melemparkan pertanyaan kepada saya.
Jadi dengan terpaksa saya hentikan sementara aktivias sedang saya
lakukan dengan posisi kepala penis saya yang sudah masuk. Kemudian saya
jadi berpikir lagi dan karena memang belum berpengalaman dalam hal ini
hati saya jadi ciut juga. Saya berpikir jangan-jangan malah nanti Mbak
Ami jadi hamil.
Akhirnya saya tarik lagi penis saya dan..
"Dijilatin aja yach.., nggak usah dimasukin.. " kata Mbak Ami lagi,
Akhirnya saya hanya menjilati sambil memasukkan jari saya ke dalam lubang vaginanya Mbak Ami.
Och.. Och.. Mbak Ami mendesah terus sebagai tanda Mbak Ami menikmati
jari saya yang masuk ke lubang vaginanya. Setelah beberapa menit saya
mengolah vaginanya, Mbak Ami melenguh panjang dengan mengangkat sedikit
pinggulnya dan ke dua paha nya menjepit kepala saya kemudian dalam
hitungan beberapa detik mulut serta muka saya sudah kebanjiran oleh
cairan yang keluar dari vagina Mbak Ami.
"Ko.. Enak sekalii.. Och.. ", demikian Mbak Ami melenguh dan sayapun
kemudian terus menjilati cairan yang ada disekitar vagina Mbak Ami.
"Enak Ko", tanya Mbak Ami.
"He.. Eh", jawab saya sambil melap muka dengan menggunakan baju daster Mbak Ami.
"Tapi penisku khok nggak diapa-apain sich sama Mbak", kata saya kepada Mbak Ami.
"Ich.. Protes.. Mau ya, tapi besok ajalah sekarang kita tidur dulu, aku capek dan sudah malam", sahut Mbak Ami.
"Lagian khan Bapak sama Ibumu besok belum pulang, jadi besok kita bisa terusin", lanjut Mbak Ami.
Selesai itu, sayapun tertidur karena rasa lelah yang sangat disamping
Mbak Ami dan keesokan harinya kami melakukan beberapa kali lagi oral
seks yang kami lakukan di kamar, kamar mandi sambil mandi bersama, dapur
dan berbagai tempat di dalam rumah karena kami hanya berdua di rumah.
Setelah kedua orang tua saya kembali, kami sempat juga melakukan oral
seks pada malam hari baik dikamar saya ataupun di kamarnya Mbak Ami dan
baru berakhir ketika Mbak Ami harus masuk asrama karena test masuk
akademi perawatnya diterima. Sampai dengan saat ini saya tidak
mengetahui keberadaan Mbak Ami padahal saya ingin sekali bertemu
dengannya untuk mengulang hal itu dan mungkin dapat berlanjut sampai
kepada persetubuhan yang belum pernah kesampaian untuk menghapus rasa
penasaran saya.
E N D