Saat aku menciumi dan melumat-lumat lubang lengan blusnya, khayalanku
terbang mengantarkan hidung, lidah dan bibirku untuk menjilati
ketiaknya. Dan saat aku mulai melumat kutangnya, aku merambah buah dada
dan pentil-pentilnya, Dan saat aku melumat-lumat celana dalamnya,
lidahku menjilati paha, selangkangan dan vaginanya. Nafsu birahiku
terbakar menggelora. Aku kini menunggu Bude Murni kencing di mulutku
macam kemarin pula. Dan khayalanku untuk hal macam itu tak pernah
menemui hambatan.
"Wan.., kamu minum ya kencing Bude.., ayoo, minum Wan.. Buka mulutmu.."
demikian khayalan rintihan dan desah Bude Murni. Aku juga membayangkan
betapa tangan-tangan Bude dengan erat memegangi kepalaku agar air
kencingnya bisa tepat masuk ke mulutku.
Pagi itu aku sempat mengulangi lintas khayalanku hingga aku bisa meraih 2
kali orgasme dan ejakulasi. Aku puas banget. Pada saat muncrat yang
terakhir, aku disergap nikmat syahwat tak terhingga. Tubuhku jatuh
nge-gelesot ke lantai. Air maniku muncrat dari penis kecilku dengan
tubuhku yang telentang di lantai dan menggeliat-geliat menahan
gelinjang. Air sejuk Malang dengan cepat bisa mengembalikan tenagaku.
Selesai mandi badanku sangat segar. Aku mengajak Seno kembali menyusuri
kali mencari ikan. Kami bikin tambak kemudian mengurasnya. Ratusan
ikan-ikan uceng dan wader dapat kami tangkap. Bude Murni menggorengkan
ikan itu untuk lauk makan siang kami.
Aku kesengsem dengan tampilannya yang sangat seksi di siang hari ini. Bu
Murni memakai kaos tipis berlambang salah satu partai pemenang Pemilu
2004. Kaos itu berwarna merah yang ketat. Tepat pada arah dadanya nampak
tanda putih. Iklan partai itu menghimbau masyarakat untuk menusuk pada
tanda putihnya itu. Aku membayangkan seandainya boleh menusuk di tanda
itu sekarang, artinya aku mesti mendesak-desakkan penis kecilku ke celah
dua bukit indah milik Bude Murni yang kukagumi ini.
Untuk bawahannya Bude Murni memakai celana pendek 'hot pants'. Aku yakin
beliaunya menganggap kami ini hanyalah anak-anak kecil. Oleh karenanya
beliau tidak perlu canggung dengan pakaiannya yang ternyata sangat
merangsang naluri birahiku. Edaann..!! Aku nggak sabar menunggu saat
mandi. Sambil menunggu gorengan ikan mateng, aku ke kamar mandi. Aku
bilang pada Seno perutku mules. Ternyata segala pakaian kotor tak nampak
lagi di gantungannya. Bude Murni telah mencucinya. Aku agak kecewa.
Kuamati di seputar kamar mandi. Tak ada yang bisa membantuku.
Kuperhatikan sabun, odol, sikat gigi, busa untuk menggosok kaki. Ah,
sama saja.
Tetapi karena perasaanku demikian kebelet, kubuka saja celanaku. Aku
mulai saja mengelusi penis kecilku sambil mataku setengah merem. Untung
ada daya khayal yang membantu aku. Tiba-tiba saja hidungku telah
nyungsep di ketiak Bude Murni yang basah oleh keringatnya. Lidahku
menjilat dan mengecapi keringat asin ketiaknya itu. Bibirku melata
merambah dadanya. Entah kemana kaos oblong bergambar partai tadi. Yang
ada kini adalah gundukkan ranum buah dada Bude Murni. Dd.. Duuhh..
Wangii.. Banget..
Tanganku dengan terampil mengocok-ocok penis kecilku. Belum sampai ke menit ke 5 aku sudah merasakan air maniku akan tumpah.
Dengan penuh nafsu bibir dan lidahku menyapu bukit dan lembah-lembah
dari dada melintasi perut dengan pusernya menuju ke selangkangan Bude
Murni.
Saat kutemukan bukit indah yang menggumuk, yaitu vaginanya, aku tak
tahan untuk membiarkannya. Lidahku mencoba menembusi gumuk itu. Aku
rasakan banget bagaimana jepitan bibir kemaluannya menghalangi tusukkan
lidahku. Aku juga merasakan ada lengket-lengket di ujung lidahku. Aku
juga mengendus-endus dan menjilati selangkangannya.
Air maniku muncrat saat Bude Ambar mengencingi mulutku. Kenapa aku
semakin pengin dan terobsesi air kencingnya ya? Ah, masa bodo, pokoknya
aku sangat terangsang kalau mikir air kencing Bude Murni. Dan dengan
cara itu orgasmeku cepat hadir yang disertai tumpahnya air maniku yang
berlimpah.
Aku agak terhuyung saat keluar kamar mandi. Bude Murni sempat nampak
cemas meilhat keadaanku. Tetapi itu hanya sesaat. Bukankah aku tak
apa-apa. Kami makan siang dengan sangat nikmat. Bude Murni membuatkan
lalap dan sambal. Ikan uceng dan wadernya sungguh menjadi santapan yang
tak ada bandingnya.
Aku masih penasaran, kenapa tak bisa kudapatkan celana dalam atau baju
yang lain dari bekas pakai Bude Murni saat di kamar mandi tadi.
Mungkinkah nanti sore atau yang pasti besok pagi bisa kudapatkan apabila
beliau selesai mandi sore? Yaa.. Aku belajar sabar.
Malam itu aku nonton TV sampai tertidur. Besok pulang. Jam berapa Sen,
besok? Seno bilang besok Pakde dan Bude akan nganter kami sampai
terminal bus. Kami akan berangkat jam 8 pagi dari rumah. Waahh..
Jangan-jangan kami aku nggak sempat menikmati kembali celana dalam Bude
Ambar nih. Kok pagi, sih?! Kok Pakde pake ikut nganter sih?! Emangnya
Pakde nggak kerja? Wah, kacau nih, batinku kesal.
Besoknya, jam 5 pagi aku sudah terbangun. Aku tidak langsung mandi. Aku
pikir toh nggak ada gunanya mandi pagi-pagi. Paling-paling Bude Ambar
juga belum mandi. Dengan alasan nyari udara pagi yang sehat aku ajak
Seno keluar rumah dan jogging di kebon apel belakang rumah. Kulihat Bude
Murni sudah sibuk di dapur. Tentu dia sedang nyediain sarapan buat kami
yang akan pulang.
Lewat jam 6 pagi kami balik ke rumah. Kulihat Bude Murni sudah dandan
rapi. Waahh.., kalau begitu sudah mandi dong?! Aku buru-buru lari
kekamarku untuk mengambil handukku. Aku sungguh penasaran dan kehilangan
kesabaran. Rasanya bukan pagi yang baik nih. Dengan banyak kehilangan
keyakinan diri aku langsung masuk ke kamar mandi. Semerbak dan hangatnya
bau sabun dan tubuh Bude Anisa langsung menyergap hidungku. Mataku
jelalatan dan.. Hahh.. Sungguh sebuah kejutan..
Rasanya kamar mandi ini menjadi demikian indahnya. Lihatlah apa yang ada
di gantungannya. Semua impianku menjadi kenyataan. Ini pesta besar yang
kudapat di Malang. Gantungan baju itu penuh dengan pakaian kotor milik
Bude Murni yang bekas dipakainya. Kulihat kutangnya yang nge-gelantung,
celana dalamnya yang nampak lusuh setelah dipakai sejak semalaman. Blus
lembut berlengan pendek yang lusuh pula. Short pants yang sangat lecek
sesudah dipakai tidur dan kena keringat bokongnya saat sibuk di dapur
tadi. Aku langsung menelanjangi diriku. Tangan-tangan terampilku mulai
mengelusi penis kecilku. Terkadang juga kuselingi dengan remasan atau
pijatan.
Birahiku terdongkrak tinggi dengan apapun yang kini nampak tergantung di
depan mataku. Celana dalam, kutang, blus lembut atau short pants punya
Bude Murni yang bekas dipakainya itu telah menerbangkan aku ke
awang-awang nikmat birahiku. Setiap detail pakaian kumal Bude Murni itu
melemparkan aku ke lembah syahwatku dan mengajak hidung, bibir dan
lidahku berkelana menjelajahi tubuh Bude Murni. Aku kembali melumati
noda-noda keringat atau serpihan kencing pada pakaian kotor Bude Murni
itu.
Aku memasuki jerat nikmat yang tak bertara. Hingga dengan penuh histeris
aku mengerang dan mendesah tertahan. Aku kembali berguling ke lantai.
Tubuhku bergetar hebat mengikuti gelinjangku. Aku mengocok penis kecilku
dengan cepat. Makin cepat.. Cepat.. Cepat..
OowWCchh.. Air maniku tumpah. Berkali-kali penisku berkedut keras
menembakkan cairan-cairan kentalku hingga membasahi dan meleleh di kamar
mandi Bude Murni ini. Aku tersungkur.
Kudengar Pakde Darmo memanaskan mobilnya. Seno menggedor pintu kamar
mandi. Aku bilang tunggu, aku lagi buang air, perutku agak mules. Aku
cepat segar apabila air menyiram tubuhku. Aku mandi sepuasku.
Itulah sekilas kenikmatan yang kudapatkan selama liburanku. Pasti aku
akan selalu mengenang dan mengulang nikmat macam itu. Dan kini, pada
setiap liburan aku selalu berharap bisa pergi ke suatu tempat untuk
kemungkinan mengalami peristiwa sejenis. Ketemu perempuan cantik macam
Bude Murni dan menciumi celana dalam kotornya. Atau kutangnya, atau
blusnya.
TAMAT